: Arsyad Indradi
"Adat asli jangan dibuang/Hilangakan kupakai jua/Paninggalan urang bahari/Kada lupa sampai mati”
Nuansa dan rasa kemasyarakatan tanah Banjar sangat kental dengan adat istiadat dan tatanan leluhur , pada masa-masa lampau. Antara lain perayaan pengantin. Ada beberapa bentuk perayaan penganti, seperti Pengantin Panggung Tinggi, Pengantin Bausung, Pangantin Baarak Naga, Pangantin Baarak Sisingaan, Pangantin Baarak Tandu. Begitu pula dalam perayaan itu ada beberapa penyuguhan karasmin antara lain, Bagipang, Wayang Gung, Manuping, Basinoman Hadrah, Barabana, Baorkes, Balamut, Bajapin, Bakintung , Bakisah, Sandiwara dan Mamanda.
Nuansa dan rasa kemasyarakatan tanah Banjar sangat kental dengan adat istiadat dan tatanan leluhur , pada masa-masa lampau. Antara lain perayaan pengantin. Ada beberapa bentuk perayaan penganti, seperti Pengantin Panggung Tinggi, Pengantin Bausung, Pangantin Baarak Naga, Pangantin Baarak Sisingaan, Pangantin Baarak Tandu. Begitu pula dalam perayaan itu ada beberapa penyuguhan karasmin antara lain, Bagipang, Wayang Gung, Manuping, Basinoman Hadrah, Barabana, Baorkes, Balamut, Bajapin, Bakintung , Bakisah, Sandiwara dan Mamanda.
Nuansa dan rasa itu sudah mulai pudar menjelang tahun 1970-an. Terutama di daerah perkotaan. Sedang di beberapa pedesaan masih terasa, tetapi ada juga yang ikut memudar.
Banyak faktor yang menjadikan terkontaminasinya terhahadap keberadaan adat istiadat atau tatanan peninggalan leluhur “urang bahari” itu, antara lain pengaruh sosial ekonomi, dekadensi kebudayaan dan moralitas, ketidakpedulian lagi sebagian besar dari masyarakat Banjar , sebagian masyarakat Banjar yang tidak ingin repot.
Pengaruh yang sangat besar pada zaman sekarang ini adalah arus globalisasi yang melanda hidup dan kehidupan masyarakat tanah Banjar sehingga masyarakat Banjar kehilangan kesimbangannya, kehilangan identitas “urang Banjar”nya. Walau disana sini ada juga orang mengaku “asli urang banua”, “asli urang Banjar’ atau akuan lainnya, namun semuanya itu hanya sekedar “cuma” atau “kamuflase” ?
Dalam hiruk pikuknya hidup dan kehidupan masyarakatat Banjar, ada juga orang-orang Banjar yang merasa sepi,haus dan rindu terhadap adat istiadat Banjar dan lebih lagi terhadap seni dan budaya Banjar yang tenggelam itu. Dan berupaya untuk menggalinya,melestarikannya. Niat luhur ini semoga tercapai dan sukses.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar