Jumat, 27 Juni 2014

PANGANTEN BANJAR BAARAK TANDU

: Arsyad Indradi 

"Adat asli jangan dibuang/Hilangakan kupakai jua/Paninggalan urang bahari/Kada lupa sampai mati” 

Nuansa dan rasa kemasyarakatan tanah Banjar sangat kental dengan adat istiadat dan tatanan leluhur , pada masa-masa lampau. Antara lain perayaan pengantin. Ada beberapa bentuk perayaan penganti, seperti Pengantin Panggung Tinggi, Pengantin Bausung, Pangantin Baarak Naga, Pangantin Baarak Sisingaan, Pangantin Baarak Tandu. Begitu pula dalam perayaan itu ada beberapa penyuguhan karasmin antara lain, Bagipang, Wayang Gung, Manuping, Basinoman Hadrah, Barabana, Baorkes, Balamut, Bajapin, Bakintung , Bakisah, Sandiwara dan Mamanda. 

Nuansa dan rasa itu sudah mulai pudar menjelang tahun 1970-an. Terutama di daerah perkotaan. Sedang di beberapa pedesaan masih terasa, tetapi ada juga yang ikut memudar. 

Banyak faktor yang menjadikan terkontaminasinya terhahadap keberadaan adat istiadat atau tatanan peninggalan leluhur “urang bahari” itu, antara lain pengaruh sosial ekonomi, dekadensi kebudayaan dan moralitas, ketidakpedulian lagi sebagian besar dari masyarakat Banjar , sebagian masyarakat Banjar yang tidak ingin repot. 

Pengaruh yang sangat besar pada zaman sekarang ini adalah arus globalisasi yang melanda hidup dan kehidupan masyarakat tanah Banjar sehingga masyarakat Banjar kehilangan kesimbangannya, kehilangan identitas “urang Banjar”nya. Walau disana sini ada juga orang mengaku “asli urang banua”, “asli urang Banjar’ atau akuan lainnya, namun semuanya itu hanya sekedar “cuma” atau “kamuflase” ? Dalam hiruk pikuknya hidup dan kehidupan masyarakatat Banjar, ada juga orang-orang Banjar yang merasa sepi,haus dan rindu terhadap adat istiadat Banjar dan lebih lagi terhadap seni dan budaya Banjar yang tenggelam itu. Dan berupaya untuk menggalinya,melestarikannya. Niat luhur ini semoga tercapai dan sukses.***

Kamis, 26 Juni 2014

KEBUDAYAAN BANJAR DALAM ANTOLOGI PUISI BURINIK KARYA ARSYAD INDRADI (PERSPEKTIF ANTROPOLOGI SASTRA)

Oleh : LARA MALINI

A. Judul
KEBUDAYAAN BANJAR DALAM ANTOLOGI PUISI BURINIK KARYA ARSYAD INDRADI (PERSPEKTIF ANTROPOLOGI SASTRA)

B. Latar Belakang
Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8). Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra dan puisi merupakan suatu karya sastra yang banyak digunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pikiran dan gagasan pengarang kepada pembaca. Puisi dapat dijadikan sebagai sarana menyampaikan ekspresi jiwa dengan bahasa perlambangan yang penuh makna. 

Karya sastra tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Sastra lahir dari proses imajinasi seorang pengarang, serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat (Jabrohim, 2003: 59) dalam azzam008.blogspot.com. 

Selain itu, dalam Kamus Istilah Sastra puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan akan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus ( Zaidan, dkk, 2007: 160). Dengan penataan bunyi, irama, dan makna khusus itulah puisi akan menjadi komposisi yang sangat bermakna, ditambah dengan adanya bahasa-bahasa persimbolan dan gaya bahasa yang indah. 

Pemahaman puisi tidak dapat dilepaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan budayanya. Untuk dapat memberikan makna sepenuhnya kepada sebuah sajak, selain sajak dianalisis struktur intrinsiknya (secara struktural) dan dihubungkan dengan kerangka kesejarahannya, di antaranya dengan intertekstualitas, maka analisis dapat dilepaskan dari kerangka sosial-budayanya (Teeuw, 1983: 61, 62) dalam Pradopo, 2010: 254 Karya sastra itu mencerminkan masyarakat dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya (Abraham, 1981: 178) dalam Pradopo, 2010: 254. Hal ini mengingat bahwa sastrawan itu adalah anggota masyarakat, maka ia tidak dapat lepas dari pengaruh sosial-budaya masyarakatnya. Latar sosial-budaya itu terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian, dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra. (Pradopo, 2010: 254) 

Kebudayaan sebagai hasil cipta umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia, termasuk pada suku Banjar yang juga memiliki keanekaragaman budaya. Koentjaraningrat mengemukakan tujuh unsur kebudayaan yang universal itu yaitu: sistem religi,sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,sistem mata pencaharian atau ekonomi, dan sistem teknologi. (Koentjaraningrat) dalam http://dira.co.nr 

Jadi antara sastra dan kebudayaan dapat memiliki hubungan yang sangat erat, dimana sastra merupakan hasil dari adanya kebudayaan dan kebudayaan dapat diungkapkan menggunakan sastra melalui bahasa, dalam hal ini puisi dapat menjadi media untuk menyampaikan sebuah kebudayaan pada suatu masyarakat. Penelitian sastra dapat berfungsi bagi kepentingan di luar sastra, antara lain jika penelitian tersebut berhubungan dengan aspek-aspek di luar sastra, seperti agama, filsafat, moral, budaya, dan sebagainya. Puisi bukan memberikan petunjuk atau informasi, melainkan memberikan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibacanya(puisi). 

Salah satu kumpulan puisi yang sangat menarik untuk diteliti mengenai kebudayaan yang tersirat di dalamnya adalah antologi puisi Burinik yang merupakan hasil karya Arsyad Indradi. Antologi Puisi ini ditulis dalam dua bahasa yakni bahasa Banjar dan bahasa Indonesia. 

Sastra Banjar adalah semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di tanah Banjar. (Ganie, 2011: 4). Dalam antologi puisi ini penyair juga sangat mengandalkan tentang budaya-budaya masyarakat Banjar dan banyak menggambarkan tentang kehidupan yang dituangkan dalam bentuk puisi. 

Arsyad Indradi lahir di Barabai, 31 Desember 1949. Menyenangi sastra khususnya puisi sejak duduk di SMP dan SMA. Pada tahun 1970 ketika menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin mulai menulis puisi. Puisi-puisinya banyak diterbitkan di berbagai media cetak lokal seperti di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin dan lain - lain dan media cetak nasional seperti Harian Republika Jakarta dan lain - lain. Sejak di SMA dan di Fakultas Hukum ikut bergabung di Lesbumi Banjarmasin dan Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 keluar dari Lesbumi dan mengaktifkan diri di Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 bersama Bachtiar Sanderta, Ajamuddin Tifani, Abdullah SP dan lain – lain ( mantan anggota Lesbumi ) mendirikan Teater Banjarmasin khusus menggeluti teater tradisional Mamanda. 

Antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi ini termasuk karya sastra Banjar yang berisi tentang etnik Banjar, ditulis dengan bahasa Banjar dan bahasa Indonesia, ditulis oleh penyair/sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di tanah Banjar. 

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang membahas tentang unsur - unsur kebudayaan Banjar yang terkandung dalam Antologi Puisi Burinik karya Arsyad Indradi. Dan peneliti merasa perlu untuk menggambarkan kembali bagaimana budaya Banjar yang nampaknya sudah mulai terkikis oleh zaman sehingga dapat peneliti paparkan kembali dalam penelitian ini sebagai bentuk rasa cinta dan penghargaan terhadap budaya Banjar. 

C. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diteliti sebagai berikut: 

1. Bagaimana bahasa yang digunakan dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi? 
2. Bagaimana sistem religi yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi? 
3. Apa saja kesenian yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi?
4. Bagaimana sistem mata pencaharian yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi? 
5. Apa saja sistem peralatan hidup/teknologi yang digunakan dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi? 

 D. Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 
1. Mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi.
2. Menentukan sistem religi yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi
3. Mengemukakan kesenian yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi
4. Mendeskripsikan sistem mata pencaharian yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi
5. Memaparkan sistem peralatan hidup/teknologi yang digunakan dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Bagi peneliti :
1. Menambah wawasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat dari perkuliahan, untuk diwujudkan dalam karya tulis ilmiah.
2. Penelitian ini memberikan pengalaman langsung dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi
3. Peneliti dapat mengambil nilai kehidupan dari isi dan unsur-unsur budaya yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi

Bagi pembaca :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui unsur-unsur kebudayaan yang terkandung dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi 
2. Jika pembaca ingin meneliti lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melaksanakan penelitian yang lebih mendalam

F. Landasan Teori
1. Pengertian Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata “budaya”, yang berasal dari kata Sansekerta “budhayah”, sebagai bentuk jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Koentjaraningrat memberikan pengertian kebudayaan sebagai “ keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau dengan kata lain bahwa Kebudayaaan itu adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan merupakan produk budaya.(Sudibyo, dkk. 2013: 29)

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat ; keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya (Kamus Besar Bahasa Indonesai) 

Tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat yaitu:
1) Sistem religi yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi kegamaan, upacara keagamaan,
2) Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi : kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup,
3) Sistem pengetahuan meliputi: flora dan fauna, waktu, ruang, dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia,
4) Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan dan tulisan,
5) Kesenian yang meliputi: seni patung/ pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusastraan, drama,
6) Sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi yang meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan,
7) Sistem teknologi meliputi: produksi,distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata.

Adapun dalam penelitian ini unsur-unsur kebudayaan yang akan dikaji dalam Antologi Puisi Burinik karya Arsyad Indradi meliput : bahasa, sistem religi, kesenian, sistem mata pencaharian hidup/ sistem ekonomi, dan sistem teknologi.

2. Pengertian Antologi
Antologi adalah kumpulan karya tulis pilihan dari seseorang atau beberapa orang pengarang. (Kamus Besar Bahasa Indonesai).

3. Pengertian Puisi
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,matra, rima, serta penyusunan larik dan bait ; gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus ; sajak (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tarigan (1984: 4) menuliskan bahwa istilah puisi berasal bahasa yunani poesis yang berarti penciptaan. Puisi dalam bahasa inggris disebut poetry yang berarti puisi, poetberarti penyair, poem berarti syair (sajak). 

Namun lama kelamaan istilah puisi semakin menyempit maknanya, yakni sebagai istilah untuk menyebut salah satu genre/ jenis karya sastra dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu yang bersifat khas. Puisi sebagai salah satu bentuk kreasi menggunakan bahasa, sebagai media pemaparnya. Tetapi berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa dalam puisi menurut Djojosuroto (2005: 12) memiliki kekhasan tersendiri. Disebut demikian karena bahasa dalam puisi merupakan bentuk idiosyncratic di mana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya. (Ganie, 2013:47) 

4. Pengertian Antropologi Sastra 
Secara definit antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia ( anthropos ). (Ratna, 2011: 351). Antropologi sastra merupakan ilmu sosial humaniora mempermasalahkan manusia dan kebudayaannya. Secara praktis antropologi sastra diharapkan dapat membantu memperkenalkan khazanah sastra yang terpencil dan terisolasi, yang secara tidak langsung berarti telah membantu pemahaman ‘bhinneka tunggal ika’.(Ratna, 2011: 358) 

G. Metode dan Teknik Penelitian 

1. Pendekatan Penelitian 
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologis yaitu pendekatan yang digunakan dalam penelitian sastra dengan mendeskripsikan struktur inti sebuah karya sastra dan menerangkan unsur-unsur kebudayaan Banjar yang terkandung dalam puisi. 

2. Metode Penelitian 
Metode yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Analisis Kebudayaan Banjar dalam antologi puisi bahasa Banjar Burinik karya Arsyad Indradi ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan data yang ada melalui dokumentasi karya sastra. 

3. Variabel Penelitian 
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam sub variabel dan indikator yang dijabarkan dalam bentuk tabel. 
Tabel 1 Variabel Penelitian 
Variabel Sub Variabel Indikator Kebudayaan Banjar
1. Bahasa 
2. Sistem religi 
3. Kesenian 
4. Sistem mata pencaharian hidup 
5. Sistem teknologi
a. bahasa Indonesia 
b. bahasa Banjar 
a. sistem kepercayaan 
b. upacara keagamaan 
a. peribahasa / ungkapan 
b. kesenian Banjar
a. mendulang intan 
b. perdagangan di Pasar Tarapung 
a. alat transaksi jual beli 
c. alat-alat rumah tangga 
d. alat-alat kesenian 
e. alat-alat upacara keagamaan 

4. Data dan Sumber Data 
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa Kebudayaan Banjar yang terdapat dalam antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi. Antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi, antologi puisi ini ditulis dalam dua bahasa yakni bahasa Banjar dan bahasa Indonesia, namun penulis memilih akan meneliti puisi-puisi bahasa Indonesia sebanyak 10 puisi dan meneliti unsur-unsur kebudayaan yang terkandung di dalam 10 puisi tersebut baik unsur budaya berupa bahasa, sistem religi, kesenian, sistem mata pencaharian hidup/ sistem ekonomi, dan sistem teknologi. 

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah antologi puisi yang berjudul Burinik karya Arsyad Indradi yang diterbitkan oleh Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan Selatan pada tahun 2009 (cetakan pertama). Antologi puisi Burinik karya Arsyad Indradi ini memuat 37 puisi. Adapun judul-judul puisi yang dijadikan sebagai sumber data, ada 10 puisi yaitu: 
1) Bustan 
2) Pengantin Banjar 
3) Pengantin Berusung 
4) Minyak Balian 
5) Tahadangi Buah Bungur 
6) Baahuy 
7) Badudus 
8) Burinik 
9) Pasar Terapung 
10) Sandah 
11) Negeriku seribu sungai 
12) Pendulang intan 
13) Pemilu 
14) Hargai punya negeri sendiri 
15) Katia 
16) Buah Sukma Biduri 

5. Teknik Penelitian 
1. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah teknik dokumentasi kepustakaan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan tertulis yang berkaitan langsung dengan objek penelitian dalam bentuk karya tertentu disebut teknik dokumentasi. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Membaca buku antologi puisi yang akan diteliti secara utuh dan tuntas • Menentukan data yang sesuai dengan objek penelitian • Dianalisis kembali data yang sudah ditentukan tersebut agar benar-benar sesuai dengan objek kajian • Menemukan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam puisi 

2. Teknik Analisis Data 
Untuk menganalisis data dilakukan tahap sebagai berikut: 
a. Persiapan 
Pada tahap persiapan peneliti melakukan kegiatan, 
• Mengumpulkan bahan dokumentasi dan bahan pustaka mengenai penelitian sastra. 
• Meneliti bahan dokumentasi dan bahan pustaka mengenai puisi yang akan diteliti 
• Menyusun rencana penelitian mengenai analisis kebudayaan dalam puisi yang diteliti 

b. Pelaksanaan Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah, 
• Memilih puisi yang akan diteliti, yakni puisi yang mengandung unsur-unsur kebudayaan masyarakat Banjar (perspektif antropologi sastra) 
• Menemukan unsur-usur kebudayaan Banjar yang terdapat dalam puisi yang menjadi sumber data.
c. Penyelesaian Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini antara lain, 
• Menyusun laporan hasil penelitian 
• Memperbaiki laporan hasil penelitian 

6. Jadwal Penelitian 
Penelitian ini dijadwalkan selama enam bulan, yakni sejak Maret 2014 sampai bulan Agustus 2014 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: Tabel 2 Jadwal Penelitian No Kegiatan 2014 Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 
1 Persiapan
2 Pengumpulan data
3 Penyusunan proposal
4 Seminar proposal
5 Konsultasi dan penyusunan
6 Ujian
7 R elevan

H. Daftar Rujukan
azzam008.blogspot.com
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Widyatama.

Ganie, Noor Tajudin. 2011.Sastra Banjar Genre Lama Bercorak Puisi.Banjarmasin: Rumah Pustaka Karya Sastra (RPKS) Pusat Pengkajian Masalah Sastra (PUSKAJIMASTRA)

Hapip, Abdul Djebar. 2008.
Kamus Banjar Indonesia. Banjarmasin: CV. Rahmat Hafiz Al Mubaraq.

http://dira.co.nr Indradi,
Arsyad. 2009. Burinik. Banjarbaru: Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Semi,M Atar.1993.Anatomi Sastra.Padang:Angkasa Raya.

Sudibyo, Lies, dkk.2013.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Yogyakarta:CV.Andi Offset.

Sulistyowati Endang, Tarman Effendi Tarsyad.2009.Pengkajian Puisi:Teori dan Aplikasinya.Banjarmasin:Tahura Media.

Tim Penyusun.2013.Pedoman Penulisan Skripsi.Banjarmasin:STKIP PGRI Banjarmasin.

Zaidan, Abdul Rozak,dkk.2007.Kamus Istilah Sastra.Jakarta:Balai Pustaka

KEBUDAYAAN BANJAR DALAM ANTOLOGI PUISI BURINIK KARYA ARSYAD INDRADI (PERSPEKTIF ANTROPOLOGI SASTRA)
PROPOSAL SKRIPSI OLEH LARA MALINI NPM 30610D1020
Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin, jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra

Melirik Pantun Banjar

Oleh : Arsyad Indradi 

Masyarakat Banjar tempo dulu (bahari) sangat gemar berpantun sampai sekarang ini. Yang lebih menggembirakan bukan saja orang – orang tua tetapi juga kaula muda Tanah Banjar masih tetap menggemari pantun bahkan akan tetap melestarikannya. 

Struktur pantun Banjar seperti halnya pantun Indonesia lama atau pantun Melayu yang bersetruktur : baris pertama dan kedua adalah sampiran, baris ketiga dan keempat adalah isi. Jumlah suku katanya baris pertama sama dengan baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat. Atau jika terjadi selisih suku katanya tidak lebih dari dua suku kata. Atau dari baris pertama, kedua, ketiga dan keempat sama jumlah suku katanya. Rima persajakan pada pantun Banjar ada yang berima (a),(b),(a),(b), ada pula yang berima (a),(a),(a),(a) dan (a),(a),(b),(b). 

Terkadang pantun Banjar ada yang unik, mirip dengan syair yakni baris – barisnya hampir tidak dapat dibedakan sampiran dan isi dan rima sajaknya (a),(a),(a),(a). Yang lebih unik lagi apabila pantun ini merupakan lirik dari lagu atau nyanyian yakni terjadi pengulangan baris sehingga menimbulkan bunyi dan irama yang harmonis. Demikian pula ada pantun lagu yang terdiri dari enam baris yang persajakannya (a),(b),(c),(a),(b),(c). 

 Pantun Banjar ada lima ragam :

 I. Ragam Pantun Banjar Biasa Seperti Pantun Agama, Pantun Adat Istiadat, Pantun Badatang, Baturai Pantun, Panglipur, Papujian, Balolocoan, Marista, Pantun Insyaf, Pantun Bacucupatian, Pantun Urang Anum, Pantun Kakanakan 
II. Ragam Pantun Banjar Pantun Tarasul
III. Ragam Pantun Banjar Sebagai Lirik Lagu atau Nyanyian
 IV. Ragam Pantun Banjar Sebagai Pengiring Tarian
 V. Ragam Pantun Wayahini

 I. Ragam – Ragam Pantun Banjar Biasa
 1. Pantun Agama
 Pantun agama ini merupakan pantun yang berisi tentang keagamaan (relegiusitas), tuntunan bagaimana  menjalankan syariat islam.

 Luruk banyu ka dalam bulanai
 Gasan mangurung si iwak patin
 Islam nitu agama nang damai
 Damai di lahir damai di batin

 2. Pantun Adat Istiadat
 Pantun Adat Istiadat ini adalah ragam pantun yang membimbing atau berupa nasihat agar bertingkahlaku, sopan santun, berahlak yang baik terhadap orang tua, pada seseorang baik terhadap yang muda mau pun yang tua, juga dalam tatanan bermasyarakat. 

Puhun gambir di dalam hutan
Andaknya di padang sabat
Amun bapandir lawan kuitan
Baucap nitu bagamat-gamat

 3. Pantun Badatang (meminang)
Pantun Badatang ini berisikan suatu tuntutan menagih janji berupa pinangan pria kepada pihak si perempuan. Kadang kala meminang ini terjadi berbalas pantun antara pihak pria dan pihak perempuannya.

 Pihak pria : 
Apa habar bayan manari
Katutut bajalan malam
Apa habar datang kamari
Manuntut janji samalam

Pihak perempuan : 
Katutut burung katutut
Katutut basaung buntut
Lamun ada judu manuntut
Urang tuha bisa mamatut

 4. Baturai Pantun
Pantun ini adalah pantun bersahut – sahutan atau berbalas pantun. Setelah istirahat melakukan panen padi atau juga kaula muda berkumpul – kumpul di rumah pengantin sebelum atau sesudah acara mempelai bersanding. Juga acara khusus baturai pantun disuatu tempat yang diselenggaran oleh panitia dalam rangka perayaan baik peringatan hari besar nasional mau pun daerah. Baturai pantun dilakukan baik sepasang atau berkelompok. ( Biasanya dimulai oleh seseorang dari penyelenggara ) 

Mamuai wanyi tangkainya runtun
Wanyi dipuai di atas gunung
Mari kita baturai pantun
Mahaur-haur hati nang bingung

 5. Pantun Panglipur
 Pantun ini berisikan suatu ujaran menghibur seseorang yang sedang gundah gulana atau memberikan  semangat dimana seseorang sedang berduka.

Itam-itam tampuk palawi
Kamuning luruh bunganya
Itam-itam lawan panggawi
Putih kuning apa gunanya

6. Pantun Papujian
Pantun ini berisikan pujian terhadap seseorang karena keelokan rupa atau baiknya tingkah laku.

Pulau Alalak malang malintang
Wadah Diang-Galuh mancari undang
Mata galak nangkaya bintang
Saparti amas hanyar dituang

7. Pantun Balolocoan
 Pantun Balolocoan adalah pantun berisikan kelucuan yang menjadikan tertawa.

Amas mirah intan sakerat
Kapal di laut gedung di darat
Mambuka pender pina harat
Tapih bakarut baju bajarat

8. Pantun Marista
Pantun ini berisikan gundah gulananya hati atau sesuatu yang membuat menjadi sedih dan duka. Demikian juga merasakan sudah garisan nasip.

Anak itik umanya angsa
Inya mancucur lumut di batu
Jangan ditilik urang babangsa
Tilik akan dagang piatu

9. Pantun Insyap
Pantun ini berisikan seseorang yang telah menyadari kesalahannya selama ini. Ia akan memperbaiki kesalahan itu.

Tuan haji baju babalah
Balinjang-linjang di luar kuta
Mangaji mamuji Allah
Sambahyang mambuang dusa

10. Pantun Bacucupatian
Pantun Bacucupatian adalah pantun tebak – tebakan atau bisa juga disebut pantun teka – teki.

Urak lampit tikarnya purun
Tikar diurak di lantai batu
Disambat naik tanapi turun
Ayu tangguh nangapa nitu

11. Pantun Urang Anum
Pantun ini berisikan cinta kasih muda mudi.

Ungut – ungut burung pialing
Ka Kandangan jalan ka Gambah
Ungut – ungut bapiragah garing
Karindangan supan bapadah

12. Pantun Kakanakan
Pantun kakanakan ini berisikan dunia anak – anak. Seperti sedang bermain dan bersenda gurau. Pantun yang merupakan bermain-main ini sering terdapat baris – baris yang unik. Keunikan ini di luar struktur yang pada umumnya. Disini terdapat persajakan dimana tersebar pada baris – barisnya. Pantun merupakan dendang menidurkan anak sudah lazim digunakan oleh orang-orang tua. Pantun kakanakan ini ada yang hanya terdiri dari dua baris. 

Ungga - ungga apung Apung sinali-nali
Talipat daun bakung Raja punai raja wali 

II. Ragam Pantun Banjar : Pantun Tarasul (Surat Tarasul)
Sesungguhnya pantun itu sangat mengasyikkan. Apalagi pada zaman dahulu di masyarakat Banjar (Kalsel) pantun sangat digemari. Biasanya orang yangdianggap berbudi bahasa yang baik adalah mereka yang pandai berpantun. Tapi di zaman sekarang ini, zaman modern atau zaman globalisasi ini pantun sudah mulai terdesak. Orang sudah tidak ingat lagi bahkan tak pernah tahu terutama generasi muda Banjar apa yang dinamakan “pantun tarasul “. Pantun Tarasul “ adalah suatu bentuk surat berpantun yang berisikan cinta asmara. Seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang pemudi, maka ia akan mengutarakan isi hatinya dalam lembaran kertas bertulis sebagai pengganti dirinya untuk disampaikan kepada sang pujaan. Kertas itu biasanya berupa kertas yang memanjang dari 1 meter sampai 2 meter. Sekeliling kertas itu dilukis dengan beraneka bunga. Setiap bunga punya makna tersendiri, seperti bunga melati artinya suci, mawar berarti cinta yang tak berhingga, cempaka artinya tanda penghormatan, kenanga artinya sama-sama cinta. Bunga “ kenanga “ ini adalah sebagai jawaban surat tarasul dari sang pemudi tanda penerimaan cintanya dan bila hatinya tak berkenan maka “ cempaka “lah jawabnya. Pada bagian muka di atas surat tarasul ada lukisan seekor naga dan seekor ular lidi. Gambar ini merupakan simbol percintaan antara pemuda dan pemudi. Naga simbol pemuda dan ular lidi simbol pemudi. 
Contoh pantun tarasul, seperti ini :

Dengan babal si hina tani
Datang ka arapan kumala ingsani
Tunduk menghadap junjungan yang gani
Seraya bermedah di bawah ini

Wahai kumala ratna cumarna
Muhun diampuni tani yang hina
Menguraikan warta sedikit rencana
Muga disudikan penarimaan yang sempurna

Surat tarasul ini sebelum dikirim pada alamatnya terlebih dahulu di ukup dengan dupa kemenyan serta diberi harum-haruman berupa minyak wangi. Setelah itu digulung dan diikat dengan benang emas atau benang sutra. Biasanya penulis ini memakai nama samaran, kecuali sipengantar surat yang akan memberitahukan nama aslinya kepada yang dituju. *** 

III. Ragam Pantun Banjar Sebagai Lirik Lagu atau Nyanyian
Pantun Banjar sebagai hasil Sastra Banjar merupakan cermin masyarakat Banjar. Lirik- lirik yang tersusun dalam Pantun banjar tampak terlihat alam budaya masyarakat Banjar. Pantun Banjar masih bertahan hidup dalam masyarakat banjar terutama lirik pantun merupakan lirik lagu – lagu banjar . Lirik – lirik pada Pantun Banjar sebagai Lirik lagu ada yang unik. Sebab ada suku kata yang tidak sama jumlah pada baris – barisnya dan ada lirik atau barisnya yang diulang atau penggalan lirik merupakan pengulangan untuk mematut irama sehingga menimbulkan harmonisasi dalam jalinan lagu tersebut. 

( Pada lagu Gandut Janiah )

Aku tahu si sarang warik
Sarang warik di pinggir hutan
Aku tahu si urang sarik
Urang sarik baparangutan

IV. Ragam Pantun Banjar Sebagai Pengiring Tarian Lagu
Pantun yang mengiringi tarian Banjar umumnya berupa Pantun Urang Anum yaitu pantun percintaan muda-mudi atau Pantun Nasib. Beberapa lagu pantun Banjar sebagai pengiring tarian Banjar, antara lain :

 ( Pada Tari Tirik kuala)

Pucuk pisang daunnya layu
Kamana jua maambunakan
Kuhadang hadang kadada lalu
Kamana jua manakunakan

V. Ragam Pantun Wayahini
Di dalam masyarakat sekarang ini terutama di kaula muda Tanah Banjar, pantun mendapat perkembangan berupa Pantun Modern, bahasa Banjarnya Pantun Wayahini. Terkadang bahasanya terpengaruh bahasa gaul.
Iwak karing ditanggung kucing
Kucing disipak tapulanting
Biar ulun duitnya karing
Tapi ulun tatap i love u darling.

 Mayang pinang taandak tinggi
Naik tangga bapingkutan pagar
Kada gampang handak babini
Mun kadada duit 10 M paraya jar

 Banjarbaru, 20 Juni 2014
 Catatan : “Melirik Pantun Banjar “ ini akan diterbitkan dengan dilengkapi 1000 pantun Banjar.