Oleh : Arsyad
Indradi
Sejak zaman Datu Nini baik
Nilai – Nilai Sosial budaya dan Seni Budaya Banjar sudah tertanan dalam masyarakat Banjar.
I. Nilai Sosial Budaya
Banjar
Nilai Sosial Budaya seperti keterampilan dan
kerajinan yakni anyaman, masakan, batik, kamasan, ukir dan tatah. Anyaman dengan bahan tumbuhan purun
yang menghasilkan tikar purun, bakul purun. Bahan paikat (rotan) yang
menghasilkan bakul, lanjung, arangan gayak, bakul kayang ( tangkiding ), bakul
pamasakan, butah, rambat, tangkitan bukit dan lain – lain. Daun nipah yang
menghasilkan “tanggui“ ( tudung ), ketupat, kajang dan lain – lain. Atap rumbia
yang bahannya dari daun rumbia. Dari bahan ijuk menghasilkan sapu ijuk dan tali
ijuk. Demikan juga masakan berupa
empat puluh satu macam kue, gangan asam, gangan balamak, gangan haliling, soto
Banjar dan lain – lain. Batik Banjar
berupa kain sasirangan, dinding airguci, tapih (sarung) wanita. Sasirangan adalah batik khas Kalimantan
Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir roh jahat dan hanya
dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan
bangsawan. Proses pembuatan masih dikerjakan secara tradisional.
Masyarakat
Banjar seperti masyarakat Banjarmasin, Nagara dan Martapura yang juga sebagai pengrajin kamasan ( tukang perhiasan ) bahan emas,
suasa dan perak. Hasil kerajinan itu berupa : Giwang (anying-anting) seperti
bonel ros barumbai, bonel air tetes, bonel air tetes barumbai dan lain-lain. Galang ( gelang ) tangan seperti galang baintan,
galang rantai, galang rantai sulapit dan lain-lain. Galang batis ( kaki ) seperti galang batis buntut cacing, galang batis
malati, galang wancuh.Utas (cincin)
seperti utas balah paikat, utas mata
satu asur wawaluhan, utas mata satu bagimus (polos), utas mata satu tusuk, utas
ros parimata intan, utas rantai, utas baserong dan lain - lain. Kakalung seperti kakalung rantai sulapit, kakalung madaliun barumbai, madaliun ros, madaliun mata tiga, madalin mata satu dan lain-lain. Cucuk baju seperti cucuk baju seribu manis, cucuk
baju paniti, cucuk baju
daun basontek, cucuk baju daun baintan dan lain
- lain. Cucuk konde seperti cucuk konde
kulipak katu, cucuk konde daun talu, daun lima, cucuk
konde daun seribu manis, cucuk konde ros, cucuk konde daun
baintan dan lain-lain.
Ada hasil kerajinan dari bahan kuningan seperti
pakucuran/peludahan, sasanggan panginangan, celengan dan lain-lain. Ada
hasil kerajinan tembikar seperti dapur, kapit, tajau halus dan besar, cocot (
sejenis ciret/teko ) dan lain – lain.
Ukir dan tatah seperti dalam bentuk tatah surut (ukiran
berupa relief); tatah babuku (ukiran
dalam bentuk tiga dimensi), tatah baluang (ukiran “bakurawang”) dan lain –
lain.
Nilai Sosial Budaya yang
menjadi tempat – tempat objek wisata, di Tanah Banjar banyak
jumlahnya di antaranya Pasar Terapung,
pendulangan intan dan keindahan alam seperti Pulau Kambang, Gua Liang Hidangan,
tempat keramat dan lain – lain.
Pasar Terapung adalah
pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi sosial budaya
sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan transaksi jual beli bahkan ada yang berupa barter di
atas air dengan menggunakan jukung ( sampan ) yang berdatangan dari berbagai
pelosok, membawa dagangan berupa lalapan ( sayur – sayuran ), buah – buahan,
pancarakinan ( rempah masakan dan belah pecah ) juga makanan dan minuman. Pasar
Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 07.00 setiap
hari. Pasar terapung ini ada dua lokasi yaitu di Kuin wilayah Banjarmasin dan
Lok Baintan wilayah Kabupaten Banjar.
Seperti juga di daerah lain,
Kalimantan Selatan memikili tradisi budaya dan seni budaya.
Tradisi Budaya yang kental
dalam masyarakat Banjar seperti upacara kehamilan, kelahiran, khitanan,
perkawinan, kematian, baayun anak, mamalas banua/manyanggar banua, aruh ganal,
badudus dan lain – lain.
Di sini akan “ditingau
sakilaran “ mengenai tradisi baayun anak dan badudus.
a. Baayun Anak
Yang lebih menarik adalah
menidurkan anak ini sang ibu sambil bernyanyi dengan suara merdu berayun-ayun
atau mendayu-dayu.
Isi lirik ini, puji-pujian pada anaknya yang
”bungas langkar ” dan doa agar anaknya kelak kuat imannya dalam agama sampai
akhir hayatnya.
Kalau tidak berupa syair atau pantun, sang ibu
membaca salawat rasul atau ayat – ayat suci Al Qur’an.
Ayun Bapukung adalah
menidurkan anak dengan cara sang anak didudukan dalam ayunan dibalut dengan
kain tapih sebatas leher.
Ayunan untuk ”guring bapukung”
tak bedanya dengan ayunan dengan posisi dibaringkan yaitu terbuat dari tapih bahalai atau kain kuning dengan ujung –ujungnya diikat dengan tali haduk ( ijuk ). Ayunan ini
biasanya digantungkan pada palang plapon di ruang tengah rumah. Pada tali tersebut
biasanya diikatkan Yasin, daun
jariangau, kacang parang, katupat guntur, dengan maksud dan tujuan sebagai
penangkal hantu – hantu atau penyakit yang mengganggu bayi. Menidurkan anak
dengan bapukung biasanya lebih cepat
tertidur dari pada mengayun posisi berbaring.
Maayun anak ini terkadang diadakan pada acara
Mauludan yakni tanggal 12 Rabiul Awwal. Dengan maksud agar mendapat berkah
kelahiran Nabi Muhammad SAW
Pada perkembangannya, maayun
anak ini menjadi sebuah tradisi budaya yang setiap tahun digelar dengan istilah
“ Baayun Maulud” Baayun Maulud ini sungguh berisi pesan-pesan religiusitas,
filosofis dan local wisdom ( kearifan local ).
Baayun Maulud ini setiap
tanggal 12 Rabiul Awwal yakni menyambut dan memperingati Maulud Rasul, oleh
masyarakat Desa Banua Halat Kecamatan Tapin Utara selalu mengadakan upacara
Baayun Anak atau Baayun Maulud. Tradisi budaya ini mulai popular sejak tahun
1990-an.
Juga, Baayun Anak ini adalah
salah satu agenda tahunan bagi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Yang lebih unik lagi pesta Baayun Anak ini bukan hanya baayun anak
tetapi pesertanya juga baayun nenek dan kakek. Mereka sengaja ikut baayun
karena nazar. Nazar ini karena sudah tercapai niat atau terkabul hajat seperti
sudah naik haji, mendapat rejeki yang banyak atau untuk maksud agar penyakitnya
hilang atau juga panjang umur.
2) Badudus
Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai adat
budayanya masing- masing, ada yang berbeda dan ada juga hampir sama. Dalam
kesempatan ini diperkenalkan adat yang ada di suku Banjar yang mendiami Tanah
Borneo bagian selatan yakni Kalimantan
Selatan, yaitu Acara Badudus.
Badudus adalah acara mandi – mandi.. Acara ini ada
tiga jenis, yaitu Badudus Tian
Mandaring, Badudus Pengantin Banjar, dan Badudus untuk Keselamatan.
a) Badudus Tian Mandarin
Acara Badudus Tian Mandaring
adalah acara Mandi – Mandi perempuan hamil pertama kali yang usia hamilnya
Tujuh Bulan. Sesaji yang diadakan berupa kue – kue yang jumlahnya 41 macam.
Minyak Likat Buburih adalah sebagai bahan Tapung Tawar. Air yang dimandikan berupa air yang berendam
beraneka bunga sehingga air ini beraroma harum.
b) Badusus Selamatan Tahunan
Acara Badudus merupakan
tradisi masyarakat Banjar terutama sebagian masyarakat Amuntai Kabupaten Hulu
Sungai Utara. Acara ini diadakan dua kali setahun yaitu acara Mandi-Mandi
dilaksanakan pada pertengahan tahun Hijrah yaitu sekitar bulan Jamadil Akhir
dan Selamatan Tahunan diadakan pada awal tahun Hijrah yaitu bulan
Muharram . Masyarakat Amuntai sangat tebal kepercayaannya terhadap Legenda
Lambung Mangkurat, bahwa raja-raja Negara Dipa seperti Empu Jalmika, Pangeran
Suryanata, Pangeran Suryaganggawangsa dan lain-lainnya itu sampai sekarang
masih hidup dan berada di alam gaib dan sewaktu-waktu mereka dapat diundang.
Kepercayaan ini dianut secara turun temurun dan jika tidak dilaksanakan maka
mengakibatkan malapetaka bagi keluarga mereka misalnya ada yang kurang
waras atau kena penyakit.
Sesaji yang
harus diadakan adalah 41 macam kue dan yang tidak boleh ketinggalan yaitu “
Bubur Habang Bubur Putih “, “ Kopi Pahit “, Cingkaruk Batu “, “ Rokok Jagung “,
dan “ Minyak Likat Buburih “.
Serangkaian acara Badudus
Selamatan Tahunan ini diadaakan lagu-lagu Badudus yang diiringi tetabuhan yang
terdiri dari biola dan Tarbang Besar atau Tarbang Burdah. Ada beberapa
repertoire dalam acara ini yang susunannya tidak boleh tertukar, yaitu :
Repertoire pembukaan adalah lagu Kur Sumangat,
merupakan lagu mengundang roh – roh dari raja-raja yang gaib di tengah kepulan
asap dupa dan kemenyan. Isi lagu adalah undangan dan ucapan maaf jika ada
kesalahan dalam menyediakan sajian atau dalam pelaksanaan terdapat kekeliruan
dan sebagainya.selesai lagu ini, diadakan acara Tapung
Tawar yang disebut Tatungkal dengan memercikkan
minyak Likat Buburih di atas kepala pada yang dimandikan dan pada keluarga. Repertoire yang kedua Lagu Girang –
Girang, pernyataan kegembiraan. Repertoire yang ketiga
adalah lagu Mandung Mas Mirah, lagu untuk menyambut puteri –
puteri yang diundang. Repertoire yang keempat Lagu Dundang Sayang,
berfungsi sebagai penghibur pada para undangan yang hadir. Repertoire yang
kelima adalah Lagu Tarabang Burung, lagu menyambut atau menyongsong
para roh
– roh yang datang. Repertoire
yang terakhir yaitu Lagu Burung Mantuk, l;agu untuk menghantarkan pulang para
roh – roh yang telah menghadiri upacara tersebut.
Tidak jarang dalam upacara Badudus ini banyak orang – orang yang hadir
kesurupan. Setelah selesai Lagu Burung Mantuk dinyanyikan yang kesurupan
tersebut sadar kembali. Fungsi penyanyi terkadang adalah juga sebagai pawang
dan berperan sebagai pemimpin acara.
c) Badudus Pengantin Banjar
Acara Badudus Pengantin Banjar
adalah suatu acara adat masyarakat Banjar yang sampai
sekarang ini masih tumbuh dan hidup dalam masyarakat Banjar. Tempo dulu Badudus
merupakan acara penobatan seorang Raja. Acara ini hanya diselenggarakan oleh
keturunan raja – raja saja yakni keturunan dari raja – raja Kerajaan Negara
Dipa dan Kerajaan Daha, dan yang dapat menghadiri acara tersebut adalah hanya
terbatas kepada seluruh keluarga saja. Setelah tidak ada lagi kerajaan di Tanah
Banjar (tahun 1860 ) maka acara ini bergeser menjadi acara mandi – mandi
Pengantin Banjar. Penyelenggaraan Badudus dilaksanakan oleh kedua pengantin.
Dalam acara ini disediakan sesaji 41 macam kue dan minyak likat buburih yaitu
bunga – bungaan yang dimasak dengan minyak kelapa dan lilin serta ditambah
dengan minyak wangi. Acara badudus ini umumnya dimeriahkan dengan menyuguhkan
lagu – lagu Banjar.
Sungguh, nilai – nilai Seni Budaya Nasional sangatlah “ Sugih (kaya) “ karena
berakar dan bersumber dari nilai – nilai Seni Budaya Daerah. Salah satunya
adalah dari Tanah Banjar.
II. Nilai Seni Budaya Tanah Banjar tersebut
antara lain adalah musik, tari, sastra dan teater.
1) Seni Musik
Seni
Musik Tanah Banjar terdiri dari gamelan Banjar dan musik tradisional Banjar.
a) Gamelan Banjar
Gamelan Banjar ini dahulunya hidup dan berkembang di keraton
Banjar, namun sekarang ini tidak ada lagi keraton Banjar maka musik ini hidup
di kalangan rakyat Banjar. Gamelan
Banjar umumnya sebagai pengiring tarian seperti wayang gong, wayang kulit dan tarian klasik Banjar.
Perangkat gamelan Banjar yang paling tua adalah sepasang gamelan Banjar
yang bernama “ Simanggu Kacil dan Simanggu Basar “. Gamelan Simanggu
Kacil berada di Museum Nasional Jakarta sedang Simanggu Basar berada di Museum
Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan Selatan.
b) Musik Trasional Banjar di antaranya adalah Musik Kentung dan Musik
Panting.
Musik Kentung ( instrument bambu) ini berasal dari daerah
Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat Kecamatan Astambul dan kampung
Bincau Kecamatan Martapura. Masa dahulu
alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada
bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam
pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari
kepunyaan lawan bertanding.
Musik kentung termasuk alat
musik pentatonis, boleh dikatakan pula sejenis alat musik perkusi. Karena cara
membunyikannya dihentakkan pada sebuah potongan kayu yang bundar. Alat musik
kentung ini berjumlah 7 buah dan masing-masing mempunyai nama, yaitu : Hintalu
randah, hintalu tinggi, tinti pajak,tinti gorok,pindua randah, pindua tinggi
dan gorok tuha.
Musik Pating adalah seperangkat alat musik yang
terdiri dari : Babun (gendang), Gong, Biola, suling dan Panting. Panting ini
bentuknya seperti gitar atau gambus tapi bentuknya agak kecil. Musik Panting
umumnya untuk mengiringi lagu – lagu Banjar.
2) Seni Tari Banjar.
Seni Tari Banjar ada beberapa
jenis yakni Tari Kelasik Banjar
seperti Tari Baksa Kembang, Baksa Panah, Baksa Lilin, Baksa Dadap, Baksa
Tameng, Radap Rahayu, Tari Topeng Panji, Tari Topeng Sekartaji, Tari Topeng
Kelana dan lain – lain. Tari Tradisional (rakyat) seperti Tari
Tirik kuala, Tirik Lalan, Tari Japin Kuala, Japin Sisit, Tari Kuda Gepang dan
Tari Wayang Gong. Tari Kreasi Baru seperti Mandulang Intan,
Tari Semangat Ratu Zaleh, Maiwak, Ambung Gunung dan
lain – lain. Tari Pedalaman adalah tarian yang ada di daerah pedalaman
Kalimantan Selatan ( suku Bukit ) seperti Tari Giring-Giring, Tari Gelang Bawu,
Tari Gintur dan lain – lain
3) Seni Sastra
Seni Sastra di Tanah Banjar
ada dua bagian yaitu Sastra Tutur dan Sastra Non Tutur ( tertulis ).
1) Sastra Tutur seperti Bakisah, Lamut, Madihin dan Mantra.
A) Bakisah
Bakisah
umumnya tidak memerlukan naskah. Baik pengantar kisah atau pun dialog-dialog
dibawakan, mengandalkan keterampilan berimpropisasi. Tema-tema yang diangkat terkadang
fiksi tetapi ada juga yang terjadi dalam masyarakat. Pangisahan manakala
melakonkan tokoh-tokoh dalam kisah, penonton benar-benar larut dalam arus plot
dan karakter sang tokoh. Bilamana adegan sedih, gembira, dendam, humor atau
lainnya, penonton larut ke dalamnya.
Banyak
sari toladan dari ”kisah” baik mengenai adat istiadat, etika estetika hidup,
pendidikan, keagamaan, patriotisme yang terkandung dalam kisah. Kalau dibandingkan
propertis ( hand dan setting ) dan lightingnya antara teater monolog, bakisah
sangat sederhana dan bersahaja namun Pangisahan mampu menghidupkan suasana.
Bakisah
ada beberapa macam yakni Bapandung, Dundam, Lamut, Andi-Andi, Madihin dan
Mantra.
a)Bapandung
Bapandung lahir di Desa Muara
Munign kabupaten Tapin. Tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita, dimainkan dengan
menirukan suara, tingkah laku seseorang, dan sebagainya.
b)Dundam
Bakisah dengan prosa lirik, berpantun-pantun. Lagunya lebih dekat dengan lagu mantra. Cerita adalah tokoh legenda orang Dayak (Bukit) dalam suatu kelompok. Ada hubungan cerita dengan etnis Banjar atau dengan kerajaan Banjar. Berdundam berada di suatu tempat yang berlampu remang-remang. Media untuk bercerita adalah sebuah gendang atau tarbang.yang dipukul berirama mengiring lagu pendundam bercerita.
c)Lamut
Ada yang mengatakan bahwa lamut diambil dari nama seorang tokoh cerita di dalamnya, yaitu Paman Lamut seorang tokoh yang menjadi panutan, sesepuh, baik dilingkungan kerajaan atau pun masyarakat seperti halnya Semar dalam cerita wayang.Cerita dalam Lamut menurut pakem yang ada walau tak tertulis. Cerita yang dikenal masyarakat Banjar yakni cerita tentang percintaan antara Kasan Mandi dengan Galuh Putri Jung Masari. Kasan Mandi adalah putera dari Maharajua Bungsu dari Kerajaan Palinggam Cahaya, sedangkan Galuh Putri Jung Masari adalah putri dari Indra Bayu, raja dari Mesir Keraton. Kasan Mandi kawin dengan Galuh Putri Jung Masari melahirkan seorang putra bernama Bujang Maluala dengan pengikut setianya paman Lamut bersama anak – anaknya yaitu Anglung, Anggasina dan Labai Buranta.
Bakisah dengan prosa lirik, berpantun-pantun. Lagunya lebih dekat dengan lagu mantra. Cerita adalah tokoh legenda orang Dayak (Bukit) dalam suatu kelompok. Ada hubungan cerita dengan etnis Banjar atau dengan kerajaan Banjar. Berdundam berada di suatu tempat yang berlampu remang-remang. Media untuk bercerita adalah sebuah gendang atau tarbang.yang dipukul berirama mengiring lagu pendundam bercerita.
c)Lamut
Ada yang mengatakan bahwa lamut diambil dari nama seorang tokoh cerita di dalamnya, yaitu Paman Lamut seorang tokoh yang menjadi panutan, sesepuh, baik dilingkungan kerajaan atau pun masyarakat seperti halnya Semar dalam cerita wayang.Cerita dalam Lamut menurut pakem yang ada walau tak tertulis. Cerita yang dikenal masyarakat Banjar yakni cerita tentang percintaan antara Kasan Mandi dengan Galuh Putri Jung Masari. Kasan Mandi adalah putera dari Maharajua Bungsu dari Kerajaan Palinggam Cahaya, sedangkan Galuh Putri Jung Masari adalah putri dari Indra Bayu, raja dari Mesir Keraton. Kasan Mandi kawin dengan Galuh Putri Jung Masari melahirkan seorang putra bernama Bujang Maluala dengan pengikut setianya paman Lamut bersama anak – anaknya yaitu Anglung, Anggasina dan Labai Buranta.
Lamut befungsi sebagai upacara
pengobatan anak yang sakit, bisa juga berfungsi sebagai tontonan masyarakat.
Pelamutan duduk berila dengan memegang sebuah gendang budar yang dikenal dengan
nama tarbang. Pelamut berbaju Taluk balanga ( Koko ) memakai sarung palekat,
berkopiah hitam. Penonton duduk santai lesehan.
d)Andi-Andi
Berkisah tentang legenda, dongeng dan sebagainya disaat orang brgotong royong, mengetam padi di sawah. Fungsinya menghibur orang bekerja. Ceritanya dari syair-syair, tutur candi,dan dongengan.
d)Andi-Andi
Berkisah tentang legenda, dongeng dan sebagainya disaat orang brgotong royong, mengetam padi di sawah. Fungsinya menghibur orang bekerja. Ceritanya dari syair-syair, tutur candi,dan dongengan.
e) Madihin
Ada yang berpendapat bahwa madihin
berasal dari kata madah, yaitu sejenis puisi lama dalam sastra
Indonesia. Madah merupakan syair yang mempunyai rima yang sama pada suku akhir
kalimat. Madah mengandung puji - pujian, nasehat atau petuah. Tetapi dalam
perkembangannya humor atau lulucuan, sindiran yang sehat, tak
ketinggalan
disuguhkan oleh Pamadihinan ( orang yang
membawakan madihin ) sebagai bumbu. Hand Proferti yang digunakan adalah
tarbang yang bentuknya lebih kecil dari Tarbang Lamut.
f) Mantra
Mantra adalah ujar-ujar yang
merupakan sumber kekuatan spritual leluhur pusaka Banjar ( Kalimantan ). Pada
hakikatnya adalah suatu permohonan kepada yang Maha Kuasa yang disampaikan
dengan ujaran yang khas dan dengan gaya bahasa yang khas pula dengan keyakinan
yang penuh bagi penggunanya.
2) Sastra Non Tutur ( Tertulis )
Sastra Tertulis ini ada yang
dinamakan Syair, Gurindam, Pantun dan Puisi ( Sajak ).
A) Syair
Salah satu bentuk Sastra Banjar adalah “ Syair “. Seperti juga syair
dikesastraan Indonsia Lama, Sastra Banjar
Syair mempunyai bentuk empat
baris setiap baitnya, persajakannya aa-aa
dan isinya mengandung hikayat, sejarah, nasihat, pendidikan, percintaan,
keagamaan dan dongeng, dan munculnya syair setelah adanya pengaruh agama
Islam. Tetapi bedanya media yang
digunakan Syair Kesastraan Indonesia Lama, Bahasa Indonesia sedangkan Sastra Banjar Syair, Bahasa Banjar.
Disamping itu banyak syair – syair dalam Sastra Banjar ditulis oleh pengarangnya
dengan menggunakan tulisan Arab. Sayangnya syair- syair yang ditulis dengan
tulisan Arab ini sampai sekarang belum banyak ditulis dengan tulisan Latin.
Akibatnya syair – syair Sastra Banjar ini hanya merupakan Koleksi Filologika
Museum Negeri Kalsel di Banjarbaru.
Beberapa syair Banjar : Syair Sipatul Golam, Syair
Ganda Kasuma, Syair Ringgit, Syair Tajul Muluk, Syair Surat Tarasul, Syair Siti
Jabidah, Syair Indra Bumaya, Syair Khabar Kiamat, Syair Panji Kasmaran, Syair
Brahma Sahdan, Syair Ratu Kuripan “ dan lain – lain.
B) Gurindam
Gurindam adalah syair yang terdiri dari seuntai yang isinya nasihat,
petuah dan lain – lain.
C) Pantun
Masyarakat Banjar tempo dulu (bahari) sangat gemar berpantun sampai
sekarang ini. Yang lebih menggembirakan bukan saja orang – orang tua tetapi juga kaula muda Tanah Banjar masih
tetap menggemari pantun bahkan akan tetap melestarikannya.
Struktur pantun Banjar seperti halnya pantun
Indonesia lama atau pantun Melayu yang bersetruktur : baris pertama dan kedua
adalah sampiran, baris ketiga dan keempat adalah isi. Jumlah suku katanya baris
pertama sama dengan baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat. Atau
jika terjadi selisih suku katanya tidak lebih dari dua suku kata saja. Atau dari baris pertama, kedua, ketiga dan keempat sama jumlah suku
katanya. Rima persajakan pada pantun Banjar ada yang berima (a),(b),(a),(b). dan ada pula yang berima
(a),(a),(a),(a)
Terkadang pantun Banjar ada
yang unik, mirip dengan syair yakni baris – barisnya hampir tidak dapat dibedakan
sampiran dan isi dan rima sajaknya (a),(a),(a),(a). Yang lebih unik lagi apabila
pantun ini merupakan lirik dari lagu atau nyanyian yakni terjadi pengulangan
baris sehingga menimbulkan bunyi dan irama yang harmonis.
Pantun Banjar ada lima ragam :
1) Ragam Pantun Banjar Biasa : Seperti
Pantun Agama, Pantun Adat Istiadat, Pantun Badatang, Baturai Pantun, Panglipur,
Papujian, Balolocoan, Marista, Pantun Insyaf,
Pantun Bacucupatian, Pantun Urang
Anum. 2) Ragam Pantun Banjar Pantun Tarasul 3) Ragam Pantun Banjar Sebagai
Lirik Lagu atau Nyanyian 4) Ragam Pantun Banjar Sebagai Pengiring Tarian 5)
Ragam Pantun Wayahini.
D) Puisi ( Sajak )
Puisi ( Sajak ) termasuk
kesastraan baru dan kesastraan modern.
4) Teater
Teater ada dua : Teater Modern dan Teater Tradisional.
1) Teater Modern :
Teater dari daerah/negeri lain.
2) Teater Tradisional
Banjar yaitu Teater yang khas daerah Banjar yakni : Mamanda.
Salah satu teater tradisional
Kalsel yang masih bisa bertahan hidupnya adalah “ Mamanda “. Mengapa demikian ?
Sebab cerita dari Mamanda memang mengasyikkan tak kalah dengan cerita sinetron
atau film. Walau pun tokoh-tokoh dalam Mamanda “ baku “ namun dapat ditambah
tokoh-tokoh lain dengan cerita yang lain, artinya cerita mamanda dapat diciptakan
sesuai dengan perkembangan jaman. Apa lagi durasi pertunjukkan mamanda jang
semula semalam suntuk sekarang disesuaikan dengan permintaan, maksudnya bisa
durasinya 3 jam atau 5 jam. Istemewanyanya Mamanda, bisa dimainkan dengan
sebuah naskah yang utuh seperti terater modern atau hanya dengan mengatur
cerita seperti garis besar cerita, babakan dan plot, sedangkan dialog dikenal
dengan istilah impropisasi. Pemain – pemain Mamanda memang dikenal keahliannya
berimpropisasi. Tokoh-tokoh mamanda yang baku itu adalah Raja, Mangkubumi,
Wazir, Perdana Menteri,Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam,
Permaisuri, Anak Raja ( bisa putri atau Pangeran ). Tokoh-tokoh lain sesuai
cerita misalnya Raja dari Negeri lain, Anak Muda, Perampok,Jin, Belanda, atau nama
dari daerah lain ( Jawa, Cina, Batak, Madura atau lainnya ). Seperti juga di
teater modern, sebelum pertunjukkan dimulai akan dibacakan sinopsisnya, di
mamanda dipaparkan lewat “ Baladon “. Baladon adalah tutur cerita dengan
dibawakan berlagu dan gerak tari. Cerita mamanda bisa berkolaburasi dengan seni
tari atau musik. Yakni setelah kerajaan selesai bersidang maka akan ditampilkan
pertunjukkan tari dengan maksud menghibur raja dengan segenap aparat kerajaan
atau ketika kerajaan menang perang diadakan pertunjukkan hiburan tari atau
musik panting.
Asal mula Mamanda adalah
Badamuluk ketika rombongan bangsawan Malaka ( Abdoel Moeloek atau Indra
Bangsawan, 1897 M ) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa,
menetap di Tanah Banjar beberapa bulan mengadakan pertunjukkan. Teater ini
begitu cepat populer di tengah masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater
ini melahirkan sebuah teater baru bernama “ Mamanda “. Mamanda mempunyai
pengertian “sapaan” kepada orang yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau
kekjluargaan.
Mamanda mempunyai dua aliran.
Pertama : Aliran Batang Banyu. Yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai
yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua : Aliran Tubau
bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau Rantau. Sering
dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran
ini yang berkembang di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai
nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media
hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita
yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik
sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai
budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai
pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama
melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu
Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu
Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Dari uraian singkat di atas,
ada beberapa peninggalan leluhur ini satu per satu sudah mulai terlupakan dan
tenggelam. Masyarakat Banjar banyak yang
tidak mengenal atau tidak tahu lagi pusaka leluhurnya yang seharusnya perlu dijaga, dilestarikan bahkan
dikembangkan. Seperti upacara Badudus, baturai pantun dalam upacara perkawinan
( Badatang ), Manyanggar Banua, Bakisah,Tari – tarian terutama tari – tari
kelasik seperti tari topeng atau tarian - tarian yang kental dengan akar
budayanya. dan lain – lain,
Meskipun peninggalan leluhur
itu masih ada, namun hidupnya sangat memperihatinkan dan sangat dikhawatirkan
bahwa derasnya arus Era globalisasi dan modernisasi akan mengikis habis pusaka leluhur ini maka
perlu upaya – upaya agar pusaka leluhur itu dapat terus dipertahankan.
Tidak
saja seminar, diskusi, kongres budaya, Aruh Sastra, pelatihan yang terus
diselenggarakan tetapi juga Pemerintah
daerah, seniman budayawan, Lembaga Budaya Banjar, Dewan Kesenian dan pihak –
pihak yang terkait lainnya setiap tahun mengadakan festival dan pergelaran seperti atraksi
adat Banjar, festival Pasar Terapung, musik
tradisional, teater tradisional, tari – tarian Banjar, pameran bersejarah, pusaka bertuah, benda
budaya serta berbagai kerajinan Banjar.
Upaya
– upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan suatu gerakan masyarakat Banjar
pendukung pusaka leluhurnya agar gigih dalam menjaga, mengembangkan dan
melestarikannya secara bertanggung jawab di Tanah Banjar. Semoga ***